Kamis, 08 November 2012

SEPSIS


KONSEP DASAR

A.   DEFINISI
Sepsis adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. (Muscari, Mary E. 2005. hal 186).
Sepsi adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. (Doenges, Marylyn E. 2000, hal 871).
Sepsis adalah infeksi berat dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. (Surasmi, Asrining. 2003, hal 92).
Sepsis adalah mikrooganisme patogen atau toksinnya didalam darah. (Dorland, 1998 hal 979).
Dari definisi di atas penyusun menyimpulkan bahwa sepsis adalah infeksi bakteri generalisata dalam darah yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan dengan tanda dan gejala sistemik.
B.  ETIOLOGI
Penyebabnya biasanya adalah infeksi bakteri:
1.Ketuban pecah sebelum waktunya
2.Perdarahan atau infeksi pada ibu.
3.Penyebab yang lain karena bakteri virus, dan jamur, yang terserang bakteri,  
jenis bakteri bervariasi tergantung tempat dan waktu
4. Bakteri enterik dari saluran kelamin ibU
5. Virus herpes simplek
6. Enterovirus
7. E. Coli
8. Candida
9. Stafilokokus.




C.GEJALA
a.    .Bayi tampak lesu, tidak kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan  suhu tubuhnya turun-naik.
b.    Gejala lainnya adalah: gangguan pernafasan, Kejang, Jaundice (sakit kuning)Muntah, Diare, Perut kembung.
c.    Gejalanya tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya:
                        1).Infeksi pada tali pusar (omfalitis) bisa menyebabkan keluarnya nanah                                 
    atau darah dari pusar.
                        2).Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak bisa                                                 
menyebabkan koma, kejang,opistotonus (posisi tubuh melengkung ke                               depan) atau penonjolan pada ubun-ubun
                        3).Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya                                             
    pergerakan pada lengan atau tungkai yang terkena
                        4).Infeksi pada persendian bisa menyebabkan pembengkakan,                                             
    kemerahan, nyeri tekan dan sendi yang terkena teraba hangat
5).Infeksi pada selaput perut (peritonitis) bisa menyebabkan                                          
  pembengkakan perut dan diare berdarah.

D.PATOFISIOLOGI
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik.Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, complment cascade menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik,syok, dan kematian.
(Bobak, 2005)



Patogenesis juga dapat terjadi antenatal, intranatal, dan paskanatal yaitu;
a.Antenatal
Terjadi karena adanya faktor resiko, pada saat antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk ke dalam tubuh melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang menebus plasenta, antara lain: virus rubella, herpes, influeza, dan masih banyak yang lain.
b.Intranatal
Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion.akibatnya terjadilah amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ketubuh bayi. Cara lain saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi oleh bayi sehingga menyebabkan infeksi pada lokasi yang terjadi pada janin melalui kulit bayi saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman.
c.Pascanatal
Infeksi yang terjadi sesudah persalinan, umumnya terjadi akibat infeksi   nasokomial dari lingkungan di luar rahim,( misal : melallui alat-alat, penghisap lendir, selang endotrakea, infus, dan lain-lain). Dan infeksi dapat juga terjadi melalui luka umbillikus.

E.MANIFESTASI KLINIK
a. Tanda dan Gejala Umum
            - Hipertermia (jarang) atau hipothermia (umum) atau bahkan normal.
             - Aktivitas lemah atau tidak ada
             - Tampak sakit
 b. Sistem Pernafasan
            - Dispenu
            - Takipneu
            - Apneu
            - Tampak tarikan otot pernafasan
            - Merintik
            - Mengorok
            - Pernapasan cuping hidung
            - Sianosis
c. Sistem Kardiovaskuler
            - Hipotensi
            - Kulit lembab dan dingin
            - Pucat
            - Takikardi
            - Bradikardi
            - Edema
            - Henti jantung
d. Sistem Pencernaan
            - Distensi abdomen
            - Anoreksia
            - Muntah
- Diare
            - Peningkatan residu lambung setelah menyusu
            - Darah samar pada feces
            - Hepatomegali
e. Sistem Saraf Pusat
            - Refleks moro abnormal
            - Intabilitas
            - Kejang
            - Hiporefleksi
            - Tremor
            - Koma
            - Pernafasan tidak teratur
f. Hematologi
            - Ikterus
            - Petekie
            - Purpura
            - Perdarahan
            - Pucat


G.KOMPLIKASI
Dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemia, anemia, hiperbilirubinemia, dan meningnitis.
H.Pemeriksaan Diagnostik dan Laboratorium
 a. Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab.
 b. Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi dapat                  mendeteksi organisme.
c. Pemeriksaan Diagnostik dan Laboratorium menunjukan peningkatan hitung sel darah 
putih (SDP) dengan peningkatan neutrofil immatur yang menyatakan adanya infeksi.
d. Laju endah darah, dan protein reaktif akan meningkat menandakan adanya  
inflamasi.
I.Pencegahan dan Pengobatan
a. Pada masa antenatal.
Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin, rujukan segera ke tempat pelayanan yang memadai bila diperlukan.

b. Pada saat persalinan.
Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik dalam arti persalinan diperlukan sebagai tindakan operasi. Tindakan intervensi pada ibu dan bayi seminimal mungkin dilakukan (bila benar-benar diperlukan). Mengawasi keadaan ibu dan janin yang baik selama proses persalinan melakukan rujukkan secepatnya bila diperlukan dan menghindari perlukaan kulit dan selaput lendir.

c. Sesudah persalinan.
Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan dan perlatan tetap bersih, setiap bayi menggunakan peralatan sendiri. Perawatan luka umbilikus secara steril. Tindakan invasif harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip aspetik. Menghindari perlukaan selaput lendir dan kulit, mencuci tangan dengan menggunakan larutan desinfektan sebelum dan sesudah memegang setiap bayi. Pemantauan keadaan bayi secara teliti disertai pendokumentasian data-data yang benar dan baik semua personel yang menangani atau bertugas di kamar bayi harus sehat. Bayi yang berpenyakit menular harus diisolasi. Pemberian antibiotik secara rasional, sedapat mungkin melalui pemantauan mikrobiologi dan tes resistensi.
Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorium adalah mempertahankan metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan intravena termasuk kebutuhan nutrisi.
Menurut Yu Victor Y.H dan Hans E. Monintja pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif berdasarkan hasil pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah diperoleh, tidak toksis, dapat menembus sawar darah otak dan dapat diberi secara parenteral. Pilihan obat yang diberikan ialah ampisilin dan gentamisin atau ampisilin dan kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin atau obat lain sesuai hasil tes resistensi.

II. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ANAK DENGAN PENYAKIT INFEKSIUS SEPSIS

  1. Pengkajian
 a. Pengakjian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data yang perlu dikaji   
 adalah :
            - Sosial ekonomi
            - Riwayat perawatan antenatal
            - Ada/tidaknya ketuban pecah dini
            - Partus lama atau sangat cepat (partus presipitatus)
            - Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi atau tempat lain
            - Riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia, gonorea, dll)
            - Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita penyakit 
            infeksi (mis, taksoplasmosis, rubeola, toksemia gravidarum dan amnionitis)
 b. Pada pengkajian fisik ada yang akan ditemukan meliputi :
             - Letargi (khususnya setelah 24 jam pertama)
             - Tidak mau minum/reflek menghisap lemah
             - Regurgitasi
             - Peka rangsang
             - Pucat
             - Hipotoni
             - Hiporefleksi
             - Gerakan putar mata
             - BB berkurang melebihi penurunan berat badan secara fisiologis
             - Sianosis
             - Gejala traktus gastro intestinal (muntah, distensi abdomen atau diare)
             - Hipotermi
             - Pernapasan mendengkur bardipnea atau apenau
             - Kulit lembab dan dingin
             - Pucat
             - Pengisian kembali kapiler lambar
             - Hipotensi
             - Dehidrasi
             - Pada kulit terdapat ruam, ptekie, pustula dengan lesi atau herpes.
 c. Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan adalah :
            - Bilirubin
            - Kadar gular darah serum
            - Protein aktif C
            - Imunogloblin IgM
            - Hasil kultur cairan serebrospinal, darah asupan hidung, umbilikus, telinga, pus  
             dari lesi, feces dan urine.
            - Juga dilakukan analisis cairan serebrospinal dan pemeriksaan darah tepi dan
              jumlah leukosit.

2.Diagnosa Keperawatan yang Muncul
a. Hipertermi b/d efek endotoksin
b. Resiko tingi perubahan perfusi jaringan b/d hipovolemia
c. Resiko tinggi kekurangan volume cairan  b/d kebocoran cairan kedlm intersisial
d. Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas b/d gangguan pertukaran gas

3.Rencana Asuhan Keperawatan
1. hipertermi b/d efek endotoksin,
Perubahan regulasi temperatur, dihidrasi, peningkatan metabolisme Keadaan dimana      seseorang individu mengalami peningkatan suhu tubuh diatas 37,8 C peroral atau 38,8 C perektal karena faktor external.
Intervensi :
a. Pantau suhu pasien
Rasional : suhu 38,9 -41,1 derajad celcius menunjukkkan proses penyakit infeksius akut
b. Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen sesuai indikasi
Rasional : suhu ruangan harus di ubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal
c. Berikan kompres hangat, hindari penggunaan alcohol
Rasional : membantu mengurangi demem
d. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik, misalnya aspirin, asetaminofen
Rasional : mengurangi demem dengan aksi sentral pada hipotalamus

2.Resiko tinggi i perubahan perfusi jaringan b/d hipovolemia
Suatu penurunan O2 yang mengakibatkan kegagalan untuk pemulihan jaringan pada  tingkat kapiler
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring
Rasional : menurunkan beban kerja mikard dan konsumsi oksigen
b. Pantau perubahan pada tekanan darah
R: hipotensi akan berkembang bersamaan dengan mikroorganisme menyerang aliran darah.
c. Pantau frekuensi dan irama jantung, perhatikan disritmia
R: disritmia jantung dapat terjadi sebagai akibat dari hipoksia
d. Kaji ferkuensi nafas, kedalaman, dan kualitas
R: peningkatan pernapasan terjadi sebagai respon terhadap efek-efek langsung endotoksin pada pusat pernapasan didalam otak
e. Catat haluaran urine setiap jam dan berat jenisnya
R: penurunan urine mengindikasikan penurunan perfungsi ginjal
f. Kaji perubahan warna kulit,suhu, kelembapan
R: mengetahui status syok yang berlanjut.
g. Kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral
R: mempertahankan perfusi jaringan.
h. Kolaborasi dalam pemberian obat
R: mempercepat proses penyembuhan


3.resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kebocoran cairan kedalam intersisial
Cairan sangat diperlukan dalam menjaga tubuh manusia supaya tetap sehat dan merupakan salah satu bagian penting.
Intervensi :
a. Catat haluaran urine setiap jam dan berat jenisnya
R: penurunan urine mengindikasikan penurunan perfungsi ginjal serta menyebabkan hipovolemia
b. Pantau tekanan darah dan denyut jantung
R: pengurangan dalam sirkulasi volum cairan dapat mengurangi tekanan darah.
c. Kaji membrane mukosa
R: hipovolemia akan memperkuat tanda-tanda dehidrasi
d. Kolaborasi dalam pemberian cairan IV misalnya kristaloid
R: cairan dapat mengatasi hipovolemia

4.Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas b/d terganggunya pengiriman oksigen kedalam jaringan
Intervensi
a. Pertahankan jalan nafas dengan posisi yang nyaman atau semi fowler
R: meningkatkan ekspansi paru-paru.
b. Pantau frekuensi dan kedalaman jalan nafas
R: pernapasan cepat dan dangkal terjadi karena hipoksemia, stress dan sirkulasi endotoksin.
c. Auskultasi bunyi nafas, perhatikan krekels, mengi
R: kesulitan bernafas dan munculnya bunyi adventisius merupakan indikator dari kongesti pulmona/ edema intersisial.
d. Selidiki perubahan pada sensorium
 R: fungsi serebral sangat sensitif terhadap penurunan oksigenisasi


DAFTAR PUSTAKA

Arif, mansjoer (2000). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC.

Behrman (2000). Nelson ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC.

Bobak (2005). Buku ajar keperawatn maternitas. Jakarta: EGC.

Doenges (2000). Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.

Tidak ada komentar: