Kamis, 08 November 2012

HIPOSPADIA


BAB II

KONSEP DASAR MEDIS


A.    Definisi
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus uretra externa terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal (ujung glans penis). (Arif Mansjoer, 2000 : 374).
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana terjadi hambatan penutupan uretra penis pada kehamilan miggu ke 10 sampai ke 14 yang mengakibatkan orifisium uretra tertinggal disuatu tempat dibagian ventral penis antara skrotum dan glans penis. (A.H Markum, 1991 : 257).
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa lubang uretra yang terletak di bagian bawah dekat pangkal penis. (Ngastiyah, 2005 : 288).
Hipospadia adalah keadaan dimana uretra bermuara pada suatu tempat lain pada bagian belakang batang penis atau bahkan pada perineum ( daerah antara kemaluan dan anus ). (Davis Hull, 1994 ).
Hipospadia adalah salah satu kelainan bawaan pada anak-anak yang sering ditemukan dan mudah untuk mendiagnosanya, hanya pengelolaannya harus dilakukan oleh mereka yang betul-betul ahli supaya mendapatkan hasil yang memuaskan.

B.    Klasifikasi

Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/ meatus :
1.      Tipe sederhana/ Tipe anterior
Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal.
Pada tipe ini, meatus terletak pada pangkal glands penis. Secara klinis, kelainan ini bersifat asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak sempit dapat dilakukan dilatasi atau meatotomi.
2.      Tipe penil/ Tipe Middle
Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan pene-escrotal.
Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum. Biasanya disertai dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium bagian ventral, sehingga penis terlihat melengkung ke bawah atau glands penis menjadi pipih. Pada kelainan tipe ini, diperlukan intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat kulit di bagian ventral prepusium tidak ada maka sebaiknya pada bayi tidak dilakukan sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat berguna untuk tindakan bedah selanjutnya.
3.      Tipe Posterior
Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal.Pada tipe ini, umumnya pertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai dengan skrotum bifida, meatus uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak turun.
C.   Etiologi
1.    Malformasi Congenital
2.    Maskulinisasi inkomplit dari genetalia karena involusi yang prematur dari sel intersitisial testis.

D.   Manifestasi Klinis
1.    Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah, menyebar, mengalir melalui batang penis, sehingga anak akan jongkok pada saat BAK.
2.    Pada Hipospadia grandular/ koronal anak dapat BAK dengan berdiri dengan mengangkat penis keatas.
3.    Pada Hipospadia peniscrotal/ perineal anak berkemih dengan jongkok.
4.    Penis akan melengkung kebawah pada saat ereksi.


E.    Patofisiologi
Fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga meatus uretra terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat kelainan letak meatus ini, dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian disepanjang batang penis, hingga akhirnya di perineum. Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi yang menutup sisi dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee, pada sisi ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari penis.

F.    Data Penunjang
1.    Rontgen
2.    SG sistem kemih kelamin.
3.    BNO-IVP.Karena biasanya pada hipospadia juga disertai dengan kelainan
kongenital ginjal.

G.   Penatalaksanaan
1.    Tujuan utama dari penatalaksanaan bedah hipospadia adalah merekomendasikan penis menjadi lurus dengan meatus uretra ditempat yang normal atau dekat normal sehingga aliran kencing arahnya ke depan dan dapat melakukan coitus dengan normal.
2.    Operasi harus dilakukan sejak dini, dan sebelum operasi dilakukan bayi atau anak tidak boleh disirkumsisi karena kulit depan penis digunakan untuk pembedahan nanti.
3.    Dikenal banyak teknik operasi hipospadia yang umumnya terdiri dari beberapa tahap yaitu :

a.    Operasi Hipospadia satu tahap ( ONE STAGE URETHROPLASTY )
“Adalah tekhnik operasi sederhana yang sering digunakan, terutama untuk hipospadia tipe distal. Tipe distal ini meatusnya letak anterior atau yang middle. Meskipun sering hasilnya kurang begitu bagus untuk kelainan yang berat. Sehingga banyak dokter lebih memilih untuk melakukan 2 tahap. Untuk tipe hipospadia proksimal yang disertai dengan kelainan yang jauh lebih berat, maka one stage urethroplasty nyaris dapat dilakukan. Tipe hipospadia proksimal seringkali di ikuti dengan kelainan-kelainan yang berat seperti korda yang berat, globuler glans yan bengkok kearah ventral ( bawah ) dengan dorsal; skin hood dan propenil bifid scrotum. Intinya tipe hipospadia yang letak lubang air seninya lebih kearah proksimal ( jauh dari tempat semestinya ) biasanya diikuti dengan penis yang bengkok dan kelainan lain di scrotum atau sisa kulit yang sulit di tarik pada saat dilakukan operasi pembuatan uretra ( saluran kencing ). Kelainan yang seperti ini biasanya harus dilakukan 2 tahap.


b.    Operasi Hipospadia 2 tahap
“Tahap pertama operasi pelepasan chordee dan tunelling dilakukan untuk meluruskan penis supaya posisi meatus ( lubang tempat keluar kencing ) nantinya letaknya lebih proksimal ( lebih mendekati letak yang normal ), memobilisasi kulit dan preputium untuk menutup bagian ventral/bawah penis. Tahap selanjutnya ( tahap kedua ) dilakukan uretroplasty ( pembuatan saluran kencing buatan/uretra ) sesudah 6 bulan. Dokter akan menentukan tekhnik operasi yang terbaik. Satu tahap maupun dua tahap dapat dilakukan sesuai dengan kelainan yang dialami oleh pasien.
A.    Komplikasi
1.    Pseudohermatroditisme (keadaan yang ditandai dengan alat-alat kelamin dalam 1 jenis kelamin tetapi dengan satu beberapa ciri sexsual tertentu )
2.    Psikis ( malu ) karena perubahan posisi BAK.
3.    Kesukaran saat berhubungan sexsual, bila tidak segera dioperasi saat dewasa.

Komplikasi paska operasi yang terjadi :
1.    Edema / pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya dapat bervariasi, juga terbentuknya hematom / kumpulan darah dibawah kulit, yang biasanya dicegah dengan balut tekan selama 2 sampai 3 hari paska operasi.
2.    Striktur, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan oleh angulasi dari anastomosis.
3.    Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing berulang atau pembentukan batu saat pubertas.
4.    Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang sering dan digunakan sebagai parameter untuyk menilai keberhasilan operasi. Pada prosedur satu tahap saat ini angka kejadian yang dapat diterima adalah 5-10 %.
5.    Residual chordee/rekuren chordee, akibat dari rilis korde yang tidak sempurna, dimana tidak melakukan ereksi artifisial saat operasi atau pembentukan skar yang berlebihan di ventral penis walaupun sangat jarang.
6.      Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu lebar, atau adanya stenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut.












BAB III


KONSEP KEPERAWATAN

A.     Pengkajian
a.    Kaji biodata pasien
b.    Kaji riwayat masa lalu: Antenatal, natal,
c.    Kaji riwayat pengobatan ibu waktu hamil
d.    Kaji keluhan utama
e.    Kaji skala nyeri (post operasi)

B.     Pemeriksaan Fisik
1.      Fisik
a.       Pemeriksaan genetalia
b.      Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau pembesaran pada ginjal.
c.       Kaji fungsi perkemihan
d.      Adanya lekukan pada ujung penis
e.       Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi
f.       Terbukanya uretra pada ventral
g.       Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis, perdarahan, dysuria, drinage.
2.      Mental
a.       Sikap pasien sewaktu diperiksa
b.      Sikap pasien dengan adanya rencana pembedahan
c.       Tingkat kecemasan
d.      Tingkat pengetahuan keluarga dan pasien





C.   Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1.    Kecemasan/ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan
Post Operasi
1.    Gangguan rasa Nyaman :Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
2.    Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas
3.    Resiko tingggi infeksi berhubungan dengan invasi kateter

D.   Intervensi
Pra Operasi

1.    Kecemasan/ansietas b/d kurangnya pengetahuan mengenai kondisi,prognosis, dan kebutuhan pengobatan
Tujuan
Kecemasan/ansietas hilang/berkurang satelah dilakukan asuhan keperawatan dalam1X20 menit, dengan criteria hasi, klien akan :
a.    mengutarakan proses penyakit/proses preoperasi dan harapan pasca operasi
b.    melakukan prosedur yang diperlukan untuk menjelaskan alasan dari suatu tindakan
c.    memulai perubahan gaya hidup yang dperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan
Intervensi
a.    Kaji tingkat pemahaman pasien
b.    Gunakan sumber-sumber pengajaran, sesuai keadaan
c.    Melaksanakan program pengajaran pra operasi individual
d.    Informasikan pasien/orang terdekat mengenai rencana perjalanan, komunikasi dokter/orang terdekat
Rasional
a.    Berikan fasilitas perencanaan program pengajaran
b.    Media khusus akan dapat memenuhi kebutuhan pasian untuk belajar
c.    Meningkatkan pemahaman atau kontrol pasien dan memungkinkan partisipasi dalam perawatan pasca operasi
d.    Informasi logistik mengenai jadwal dan kamar operasi, mencegah keraguan dan kebingungan akan kesehatan pasian, dan prosedur yang akan dilakukan


Post Operasi

1.    Gangguan rasa Nyaman :Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
Tujuan : nyeri berkurang
K/H :
a.    Menyatakan nyeri terkontrol
b.    Menunjukkan nyeir hilang, mampu tidur/istirahat dengan tepat
Intervensi :
a.    Kaji nyeri, catat lokasi, karekteristik, intensitas (skala 0-10)
b.    Dorong pasien untuk menyatakan masalah
c.    Berikan tindakan kenyaman misal : ubah posisi
d.    Dorong penggunaan teknik relaksasi
e.    Kolaborasi, berikan obat sesuai indikasi mil : narkotik, anlagen
Rasional :
a.    Membantu mengevaluasi : derajat ketidaknyamanan dan keefektifan analgesik atau dapat menyatakan terjadinya komplikasi
b.    Menurunkan ansietas / takut dapat meningkatkan relaksasi / kenyamanan
c.    Mencegah ketidaknyamanan, meningkatkan relaksasi dan dapat meningkat kemampuan koping.
d.    Membantu pasien untuk istirahat lebih efektif dan memfokuskan kembali perhatian sehingga menurunkan nyeri dan ketidaknyamanan
e.    Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan

2.    Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas
Tujuan : jalan napas efektif, tidak ada sumbatan.
Kriteria hasil:
a.    Tidak ada bunyi napas tambahan.
b.    Nafas efektif, pasien tidak gelisah.
Intervensi:
a.    Auskultasi bunyi napas,
b.    Kaji, pantau frekuensi pernapasan.
c.    Dengarkan suara napas,
d.    Berikan posisi yang nyaman, seperti mengekstensikan kepala
e.    Lakukan pengisapan lendir bila perlu.

Rasionalisasi
a.    untuk mengetahui adanya bunyi napas tambahan seperti, mengi
b.    untuk mengetahui tingkat pengembangan paru
c.    untuk mengetahui adanya snoring
d.    untuk membebaskan jalan napas
e.    Untuk melegakan pernafasan.

3.    Resiko tingggi infeksi berhubungan dengan invasi kateter
Tujuan  : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam diharapkan tidak terjadi infeksi
Intervensi
a.    Ajarkan pasien & kelurga cara mencucitangan yang benar
b.    Ajarkan pada pasien & keluarga tanda gejala infeksi & kapan harus melaporkan kepada petugas
c.    Batasi pengunjung
d.    Bersihkan lingkungan dengan benar setelah digunakan pasien
e.    Monitor peningkatan granulossi, sel darah putih
f.     Kaji faktor yang dapat meningkatkan infeksi.
Rasionalisasi
a.    Untuk menghindari kuman
b.    Untuk memberi peringatan ketika terjadi infeksi
c.    Untuk membuat pasien merasa nyaman
d.    Untuk menetralisir kuman yg ada disekitar lingkungan
e.    Untuk mengetahui adanya infeksi
f.     Untuk meminimalkan resiko infeksi
4.    Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan bedah diversi, trauma jaringan
Tujuan : Eliminasi urine normal / menjadi seperti sebelum sakit
K/H : Menunjukkan aliran urine terus menerus dengan haluaran urine adekuat untuk situasi individu.
Intervensi :
a.    Catat keluaran urine, selidiki penurunan / penghentian aliran urien tiba-tiba
b.    Observasi dan catat warna urin
c.    Tunjukkan teknik katerisasi sendiri
d.    Dorong peningkatan cairan dan pertahankan pemasukan akura
e.    Awasi tanda vital
Rasional
a.    Penurunan aliran urine tiba-tiba dapat mengindikasikan abstuksi / disfungsi
b.    Urine dapat agak kemerahmudaan, yang seharusnya jernih sampai 2-3 hari
c.    Kateterisasi periodik mengosongkan wadah
d.    Mempertahankan hidrasi dan aliran urine baik
e.    Indikator keseimbangan cairan menunjukkan tingkat hidrasi dan keefektifan terapi penggantian cairan.
E.    Implementasi

Pre Operasi
1.    Kecemasan/ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan
a.    Kaji tingkat pemahaman pasien
b.    Gunakan sumber-sumber pengajaran, sesuai keadaan
c.    Melaksanakan program pengajaran pra operasi individual
d.    Informasikan pasien/orang terdekat mengenai rencana perjalanan, komunikasi dokter/orang terdekat
2.    Gangguan rasa Nyaman :Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
a.    Kaji nyeri, catat lokasi, karekteristik, intensitas (skala 0-10)
b.    Dorong pasien untuk menyatakan masalah
c.    Berikan tindakan kenyaman misal : ubah posisi
d.    Dorong penggunaan teknik relaksasi
e.    Kolaborasi, berikan obat sesuai indikasi mil : narkotik, anlagen
3.    Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas
a.    Auskultasi bunyi napas,
b.    Kaji, pantau frekuensi pernapasan.
c.    Dengarkan suara napas,
d.    Berikan posisi yang nyaman, seperti mengekstensikan kepala
e.    Lakukan pengisapan lendir bila perlu.
4.    Resiko tingggi infeksi berhubungan dengan invasi kateter
a.    Ajarkan pasien & kelurga cara mencucitangan yang benar
b.    Ajarkan pada pasien & keluarga tanda gejala infeksi & kapan harus melaporkan kepada petugas
c.    Batasi pengunjung
d.    Bersihkan lingkungan dengan benar setelah digunakan pasien
e.    Monitor peningkatan granulossi, sel darah putih
f.     Kaji faktor yang dapat meningkatkan infeksi.

5.    Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan bedah diversi, trauma jaringan
a.    Mencatat keluaran urine, selidiki penurunan / penghentian aliran urien tiba-tiba
b.    Mengobservasi dan catat warna urine
c.    Menunjukkan teknik katerisasi sendiri
d.    Mendorong peningkatan cairan dan pertahankan pemasukan akurat
e.    Mengawasi tanda vital

F.    Evaluasi

1.    Kecemasan/ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan
a.    Tingkat kecemasan di batas normal                                                                    
b.    Mengetahui penyebab cemas                                                             
c.    Mengetahui stimulus yang menyebabkan cemas                                                
d.    Informasi untuk mengurangi kecemasan                                                                 
e.    Strategi koping untuk situasi penuh stress                                                              
f.     Hubungan sosial                                                                                                      
g.    Tidur adekuat                                                                                                          
h.    Respon cemas
2.    Gangguan rasa Nyaman :Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
a.    Melaporkan nyeri (frekuensi & lama)                                                                      
b.    Perubahan vital sign dalam batas normal                                                                 (TD 120/80 mmHg; RR 22 x/mt; N 75x/mt; S 36,8ºC)
c.    Memposisikan tubuh untuk melindungi nyeri                                                         
d.    Melaporkan kondisi fisik yang nyeman                                                                  
e.    Menunjukan ekspresi puas terhadap manajemen nyeri                             
f.     Mengungkap faktor pencetus nyeri                                                                         
g.    Menggunakan tetapi non farmakologi                                                                    
h.    Dapat menggunakan berbagai sumber untuk mengontrol nyeri                              
i.      Melaporkan nyeri terkontrol
3.    Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas
a.    Tidak ada bunyi napas tambahan.
b.    Nafas efektif,
c.    pasien tidak gelisah
d.    pasien tidak mengeluh sesak napas
e.    RR : 20x/menit
1.    Resiko tingggi infeksi berhubungan dengan invasi kateter
a.    Mengidentifikasi faktor yang dapat menimbulkan resiko
b.    Menjelaskan kembali tanda & gejala yang mengidentifikasi faktor resiko
c.    Menggunakan sumber & pelayanan kesehatan untuk mendapat sumber informasi
d.    Membenarkan faktor resiko
e.    Memonitor faktor resiko dari lingkungan                                          
f.     Memonitor perilaku yang dapat meningkatkan faktor resiko           
g.    Memonitor & mengungkapkan status kesehatan                                 
h.    Tidak menunjukan infeksi berulang
i.      Suhu tubuh dalam batas normal                                                               
j.      Sel darah putih tidak meningkat
1.    Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan bedah diversi, trauma jaringan
a.    Mengatakan keinginan untuk BAK
b.    Menentukan pola BAK
c.    Mengatakan dapat BAK dengan teratur
d.    Waktu yang adekuat antara keinginan BAK dan mengeluarkan BAK ke toilet 
e.    Bebas dari kebocoran urin sebelum BAK
f.     Mampu memulai dan mengakhiri aliran BAK
g.    Mengosongkan kandung kemih secara komplet
                                                     








BAB IV

PENUTUP

Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung penis.
Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000 bayi baru lahir.
Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak di dekat ujung penis, yaitu pada glans penis.
Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika lubang uretra terdapat di tengah batang penis atau pada pangkal penis, dan kadang pada skrotum (kantung zakar) atau di bawah skrotum. Kelainan ini seringkali berhubungan dengan kordi, yaitu suatu jaringan fibrosa yang kencang, yang menyebabkan penis melengkung ke bawah pada saat ereksi.
Gejalanya adalah:
1.    Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah, menyebar, mengalir melalui batang penis, sehingga anak akan jongkok pada saat BAK.
2.    Pada Hipospadia grandular/ koronal anak dapat BAK dengan berdiri dengan mengangkat penis keatas.
3.    Pada Hipospadia peniscrotal/ perineal anak berkemih dengan jongkok.
4.    Penis akan melengkung kebawah pada saat ereksi.

Jika hipospadia terdapat di pangkal penis, mungkin perlu dilakukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa kelainan bawaan lainnya.
Bayi yang menderita hipospadia sebaiknya tidak disunat. Kulit depan penis dibiarkan untuk digunakan pada pembedahan nanti.
Rangkaian pembedahan biasanya telah selesai dilakukan sebelum anak mulai sekolah.
Pada saat ini, perbaikan hipospadia dianjurkan dilakukan sebelum anak berumur 18 bulan.Jika tidak diobati, mungkin akan terjadi kesulitan dalam pelatihan buang air pada anak dan pada saat dewasa nanti, mungkin akan terjadi gangguan dalam melakukan hubungan seksual.

DAFTAR PUSTAKA
http://kumpulan0askep.wordpress.com/2011/06/02/askep-hipospadia/
Johnson, Marion dkk. (2000). Nursing outcomes classification (NOC). Mosby
Suriadi SKp, dkk. (2001). Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta : Fajar Interpratama
Mansjoer, Arif, dkk. (2000).Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2, Jakarta : Media Aesculapius.
McCloskey, Joanne C. (1996). Nursing interventions classification (NIC). Mosby
Price, Sylvia Anderson. (1995). Pathofisiologi. Jakarta: EGC
Purnomo, B Basuki. (2000). Dasar – dasar urologi. Jakarta : Infomedika
Santosa, Budi. (2005-2006). NANDA. Prima Medika
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (1985). Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :EGC.


Tidak ada komentar: