Kamis, 08 November 2012

MENINGITIS


BAB I
PENDAHULUAN

1.    Latarbelakang
            Meningitis adalah penyakit infeksi dari cairan yang mengelilingi otak dan spinal cord (Meningitis Foundation of America). Classic triad dari meningitis adalah demam, leher kaku, sakit kepala, dan perubahan di status mental (van de Beek, 2004). Sistem saraf pusat manusia dilindungi dari benda-benda asing oleh Blood Brain Barrier dan oleh tengkorak, sehingga apabila terjadi gangguan pada pelindung tersebut, sistem saraf pusat dapat diserang oleh benda-benda patogen (van de Beek, 2010). Angka kejadian meningitis mencapai 1-3 orang per 100.000 orang (Centers for Disease Control and Prevention). Penyebab paling sering dari meningitis adalah Streptococcus pneumonie (51%) dan Neisseria meningitis (37%) (van de Beek, 2004).
Meningitis juga dapat disebabkan oleh tindakan medis. 0,8 sampai 1,5% pasien yang menjalani craniotomy mengalami meningitis. 4 sampai 17% pasien yang memakai I.V. Cath. mengalami meningitis. 8% pasien yang memakai E. V. Cath. mengalami meningitis. 5% pasien yang menjalani lumbar catheter mengalami meningitis. Dan meningitis terjadi 1 dari setiap 50.000 kasus pasien yang menjalani lumbar puncture (van de Beek, 2010).
Secara keseluruhan, mortality rate pasien meningitis adalah 21%, dengan kematian pasien pneumococcal meningitis lebih tinggi dari pasien meningococcal meningitis (van de Beek, 2004). Di Afrika, antara tahun 1988 dan 1997, dilaporkan terdapat 704.000 kasus dengan jumlah kematian 100.000 orang. Di antara tahun 1998 dan 2002 dilaporkan adanya 224.000 kasus baru meningococcal meningitis. Tetapi angka ini dapat saja lebih besar di kenyataan karena kurang bagusnya sistem pelaporan penyakit. Sebagai tambahan, banyak orang meninggal sebelum mencapai pusat kesehatan dan tidak tercatat sebagai pasien meninggal di catatan resmi (Centers for Disease Control and Prevention).

2.    Tujuan
a.    Mahasiswa mampu memahami konsep dasar Meningitis
b.    Mahasiswa dapat melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien Meningitis

3.    Rumusan Masalah
a.    Apa konsep dasar medis meningitis?
b.    Bagaimana asuhan keperawatan meningitis?

BAB II
PEMBAHASAN

1.    Definisi
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur. (Smeltzer, 2001).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).
Meningitis adlah inflamasi akut pada meninges dan CSF ( Wong, 2003).

2.    Etiologi
a.    Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa
b.    Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
c.    Faktor predisposisi : jenis kelamin lakilaki lebih sering dibandingkan dengan wanita
d.    Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan
e.    Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
f.     Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan (Rita & Suriadi, 2001)

3.    Tanda dan gejala
a.    Neonatus
1.    Demam
2.    Letargi
3.    Iritabilitas
4.    Refleks hisap buruk
5.    Kejang
6.    Tonus buruk
7.    Diare dan muntah
8.    Fontanel menonjol
9.    Opistotonus
b.    Bayi dan anak kecil
1.    Letargi
2.    Iritabilitas
3.    Pucat
4.    Anoreksia
5.    Mual dan muntah
6.    Peningkatan lingkar kepala
7.    Fontanel menonjol
8.    Kejang
c.    Anak lebih besar
1.    Sakit kepala
2.    Demam
3.    Muntah
4.    Iritabilitas
5.    Fotofobia
6.    Kaku kuduk dan tulang belakang
7.    Tanda kernig positif
8.    Tanda burzinski positif
9.    Opistotonus
10.  Konfusi
11.  Kejang

4.    Patofisiologi
Mikroorganisme penyebab dapat masuk mencapai membran meningen dengan cara hematogen atau limfogen, perkontuinitatum, retrograd melalui saraf perifer atau dapat langsung masuk CSF.
Protein di dalam bakteri sebagai benda asing dapat menimbulkan respon peradangan. Neutropil, monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan sel – sel sebagai respon peradangan. Eksudat yang terbentuk terdiri dari bakteri – bakteri fibrin dan lekosit yang dibentuk di ruang sub arachnoid.  Penambahan eksudat di dalam ruang sub arachnoid dapat menimbulkan respon peradangan lebih lanjut dan meningkatkan tekanan intra cranial. Eksudat akan mengendap di otak, syaraf-syaraf spinal dan spinal. Sel – sel meningeal akan menjadi edema dan membran sel tidak dapat lebih panjang lagi untuk mengatur aliran cairan yang menuju  atau keluar dari sel. Vasodilatasi yang cepat dari pembuluh darah dapat terjadi, sehingga dapat menimbulkan ruptur atau trombosis dinding pembuluh darah. Jaringan otak dapat menjadi infark, sehingga dapat menimbulkan peningkatan tekanan intra kranial lebih lanjut. Proses ini dapat menimbulkan infeksi sekunder dari otak jika bakteri makin meluas menuju jaringan otak sehingga menyebabkan encephalitis dan ganggguan neurologi lebih lanjut (Wong, 2003 dan Pillitteri, 1999).

5.    Data Penunjang
a.    Analisis CSS dari fungsi lumbal :
1.  Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri.
2.  Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
b.    Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
c.    LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
d.    Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi bakteri )
e.    Elektrolit darah : Abnormal .
f.     ESR/LED :  meningkat pada meningitis
g.    Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
h.    MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
i.      Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial. (Doenges, 1999)
1.    Pengkajian
a.    Riwayat : Mengalami infeksi saluran pernapasan atau infeksi telinga, kontak dengan pasien rinitis. Pneumonia dan otitis media seringkali mendahului pneumokokus dan hemofilus miningitis.
b.    Gejala subjektif :   Sakit kepala yang hebat, nyeri otot, kaku kuduk, sakit punggung, dingin, ekspresi rasa takut. Tidak enak badan dan mudah terangsang.
c.    Suhu tubuh : 38– 41° C, dimulai pada fase sistemik, kemerahan, panas, kulit kering,berkeringat.
d.    Tanda Vital : Nadi lambat sehingga intra kranial meningkat dan Tekanan Darah meningkat.
e.    Tingkat kesadaran : Mula-mula sadar kemudian delirium dan akhirnya Koma.
f.     Persarafan : Perubahan refleks. Tidak adanya refleks dinding abdomen, tidak adanya refleks kremasterik pada laki-laki, gangguan refleks tendon. Kaku kuduk. Tanda Brudzinski positif, tanda Kernig positif. Ubun-ubun besar menonjol (bayi).
g.    Cairan & Elektrolit : Turgor kulit jelek, berkurangnya output urin.
h.    Muskuloskeletal Meningokoksemia kronik : bengkak dan nyeri pada sendi-sendi besar (khususnya lutut dan pergelangan kaki).
i.      Kulit : Meningokoksemia:Ptekia dan lesipurpura yang didahului oleh ruam. Pada penyakit yang berat dapat ditemukan ekimosis yang besar pada wajah dan ekstremitas.

2.    Diagnosa Keperawatan
a.    Diagnosa Keperawatan yang muncul
1.    Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
2.    Infeksi berhubungan dengan Bakterimia.
3.    Gangguan perfusi jaringan otak berhubungan dengan edema serebral.
4.    Nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan intarkranial.
5.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Anoreksia, mual, muntah.
b.    Definisi
1.    Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal.
2.    Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme inang, dan bersifat pilang membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan inang. Patogen mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian.
3.    Gangguan perfusi jaringan otak adalah penurunan sirkulasi darah ke otak yang dapat mengganggu kesehatan.
4.    Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan actual/potensial/digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa ( International Association for the study of pain) ; awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas dari ringan hingga berat, terjadi secara konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi/diprediksi dan berlangsung > 6 bulan.
5.    Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan gizi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.

3.    Intervensi
a.    Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
Tujuan : Suhu tubuh kembali normal (365 0C – 370 C)
Kriteria hasil :
-          Suhu tubuh dalam rentang normal
-          Nadi, RR dalam rentang normal
-          Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi :
1.    Anjurkan anak untuk memakai pakaian tipis.
      Rasionalisasi : Untuk mengurangi evaporasi.
2.    Berikan cairan yang cukup
      Rasionalisasi : Agar tidak dehidrasi.
3.    Berikan posisi rileks
      Rasionalisasi : Agar anak nyaman.
4.    Kompres dengan air hangat
      Rasionalisasi : Melebarkan pori-pori.
5.    Monitor suhu
      Rasionalisasi : Mengetahui perubahan suhu.
6.    Berikan antipiretik
      Rasionalisasi : Untuk menurunkan suhu.



b.    Infeksi berhubungan dengan Bakterimia.
      Tujuan : Mengurangi penyebaran infeksi.
      Kriteria Hasil :            
-          Tidak terjadi resiko penyebaran pada orang lain.
-          Penyebaran sumber infeksi dapat terkontrol.
      Intervensi :
1.     Berikan tindakan pisolasi sebagai pencegahan
Rasionalisai : Pada fase awal meningitis, isolasi mungkin diperlukan sampai organisme diketahui/dosis yang cocok telah diberikan untuk menurunkan resiko penyebaran pada orang lain.
2.     Pertahankan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat.
Rasionalisasi : Menurunkan resiko pasien terkena infeksi sekunder dan mengontrol penyebaran infeksi.
3.     Pantau suhu secara teratur
Rasionalisasi : Mengetahui perubahan suhu.
4.     Berikan terapi antibiotik iv: penisilin G, ampisilin, klorampenikol, gentamisin.
Rasionalisasi : Untuk mengurangi penyebaran infeksi lebih lanjut.

c.    Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan edema cerebral
        Tujuan : Tingkat kesadaran dan fungsi persepsi normal
Kriteria hasil :
-          Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya dan disfungsi persepsi
Intervensi :
1.    Kaji kesadaran sensoril
                  Rasionalisasi : Mengetahui adanya perubahan sistem sensorik
2.    Catat adanya perubahan yang spesifik
                  Rasionalisasi : Membantu melokalisasi daerah otak yang mengalami                                  gangguan dan mengidentifikasi tanda perkembangan
3.    Berikan stimulasi yang bermanfaat verbal, penciuman, perabaan, pendengaran
                  Rasionalisasi : Bermanfaat menstimulasi pasien koma
4.    Berikan lingkungan terstruktur termasuk terapi dan aktivitas
                  Rasionalisasi : Menurunkan ansietas
5.    Memantau kondisi anak dan keadaan umum anak
Rasionalisasi : Mengetahui kondisi dan KU anak
6.    Monitor TTV
Rasionalisasi : Mengetahui adanya / tidaknya perubahan TTV.
d.    Nyeri berhubungan dengan adanya PTIK
Tujuan : nyeri hilang / berkurang
Kriteria hasil :
-          Skala nyeri berkurang
-          Anak tenang
Intervensi
1.    Kaji nyeri dari perilakunya
                  Rasionalisasi : Mengetahui skala nyeri
2.    Alihkan perhatian anak terhadap nyeri (distraksi) dengan bermain
                  Rasionalisasi : Mengurangi nyeri yang dirasakan
3.    Berikan posisi nyaman seperti kepala agak tinggi sedikit
                  Rasionalisasi : Memberi kenyamanan
4.    Berikan lingkungan yang tenang
Rasionalisasi : Dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot
5.    Batasi pengunjung
Rasionalisasi : Agar dapat beristirahat
6.    Kolaborasi pemberian antibiotik
Rasionalisasi : Mengurangi nyeri.

e.    Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
-          Adanya peningkatan BB sesuai tujuan
-          Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Intervensi
1.    Kaji adanya alergi makanan
Rasionalisasi : Mengetahui dan mengatisipasi efek terhadap makanan tertentu.
2.    Monitor adanya penurunan BB
Rasionalisasi : Mengetahui perubahan BB setiap hari
3.    Berikan makanan anak yang disukai
Rasionalisasi : Nafsu makan bertambah
4.    Berikan makanan lemak dengan porsi kecil tapi sering
Rasionalisasi : Mengurangi mual, agar makanan lebih mudah dicerna
5.    Berikan makanan selagi hangat
Rasionalisasi : Meningkatkan selera makan
6.    Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasionalisasi : Agar kebutuhan nutrisi terpenuhi
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
            Meningitis merupakan suatu peradangan pada meningen yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu bakteri atau virus, faktor predisposisi, faktor maternal, faktor imunologi dll. Penyakit ini biasanya menyerang pada bayi maupun usia anak-anak. Gejala yang timbul pada penyakit ini bermacam-macam sesuai dengan usia masing-masing individu.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E, dkk.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk            Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I Made            Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester, Yasmin       asih. Ed.3. Jakarta : EGC.
Long, Barbara C. perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Bandung : yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan; 1996.
Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G.(2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.
Suriadi & Rita Yuliani. (2001). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Ed. 1. Jakarta : CV Sagung Seto.

Tidak ada komentar: