ASKEP
BRONKOPNEUMONIA
A. Definisi
Bronkpneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
penyebab seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. (Ngastiyah. 2005 : 57)
Bronkopneumonia adalah suatu radang parenkim paru yang disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur ataupun benda asing yang ditandai dengan gejala panas
yang tinggi, gelisah, dispnoe, nafas cepat dan dangkal, muntah, diare, batuk
kering dan produktif.(A.Aziz.Alimul Hidayat,2008 : 80)
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam
bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan disekitarnya. (Smeltzer,
Suzanne & Brenda G.Bare.2002: 572).
Bronkopneumonia adalah inflamasi paru dengan proses konsolidasi dan
eksudasi, akibat aspirasi bahan yang terinfeksi ke dalam paru-paru yang dimulai
disekitar bronkus dan bronkiolus. (Barbara F. Weller. 2005: 535)
Bronkopneumonia adalah terjadi pada ujung akhir bronkiolus yang tersumbat
oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak, konsolidasi dalam lobus yang
berada didekatnya. (Donna. L.Wong.2000: 460).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Bronkopneumonia adalah
radang pada paru yang disebabkan bermacam-macam penyebab seperti virus,
bakteri, jamur dan benda asing yang ditandai dengan adanya bentuk bercak pada
paru.
B. ETIOLOGI
Broncopneumonia dapat disebabkan oleh:
·
Bakteri=
streptococcus, straphylococcus, influenmza
·
Virus=
legionella pneumonia, virus influenza
·
Jamur=
aspergilus, candida albicons
·
Aspirasi
makanan, sekresi oropharing/isi lambung ke dalam paru
·
Kongesti paru
kronik
·
Flora
normal, hidrokarbon.
C. PATHOFISIOLOGI
Bronchopneumonia
selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh
bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan
dan minuman.
Dari saluran
pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran pernafasan bagian
bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian
lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran
sebagai berikut:
1. Infeksi
saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah
alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
2. Ekspansi
kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan dan
menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus,
peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah
diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
(Soeparman, 1991)
D.
MANIFESTASI
KLINIS
Bronchopneumonia
biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas selama
beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan
gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk
produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa
timbul sianosis. (Barbara C. long, 1996 :435)
Terdengar
adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi
(pengisian rongga udara oleh eksudat). (Sandra M. Nettina, 2001 : 683)
E.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:
1.
Pemeriksaan Laboratorium
a.
Pemeriksaan darah
Pada kasus
bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah
neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
b.
Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk
yang spontan dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk
kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius. (Barbara C, Long,
1996 : 435)
c.
Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi
dan status asam basa. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
d.
Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
e.
Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi
untuk mendeteksi antigen mikroba. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
2.
Pemeriksaan Radiologi
a.
Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai
pada infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali
dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus. (Barbara C, Long, 1996 :
435)
b.
Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah
jalan nafas tersumbat oleh benda padat. (Sandra M, Nettina, 2001)
F. PENATALAKSANAAN
1. Antibiotic
seperti ; penisilin, eritromicin, kindomisin, dan sefalosforin.
2. Terapi
oksigen (O2)
3. Nebulizer,
untuk mengencerkandahak yang kental dan pemberian bronkodilator.
4. Istirahat
yang cukup
5. Kemoterafi
untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan eritromicin 4x 500 mg/ hari atau
tetrasiklin 3-4 x 500mg/ hari.
G. KOMPLIKASI
1. Atelektasis : Pengembangan
paru yang tidak sempurna.
2. Emfisema : Terdapatnya
pus pada rongga pleura.
3. Abses paru : Pengumpulan
pus pada jaringan paru yang meradang.
4. Infeksi
sistomik
5. Endokarditis
: Peradangan pada endokardium.
6. Meningitis
: Peradangan
pada selaput otak.
H.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN.
1. PENGKAJIAN
KEPERAWATAN.
a.
Identitas.
b.
Riwayat
Keperawatan.
1)
Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan
dangkal, diserai pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan
mulut. Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau
tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
2)
Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi
saluran pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik
sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena
demam yang tinggi.
3)
Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan
sistem imun menurun.
4)
Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi
saluran pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
5)
Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering
terjadi pada musim hujan dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan
dan kebersihan lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan anak menderita
sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan
anggota keluarga perokok.
6)
Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi
untuk mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena
system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
7)
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
8)
Nutrisi.
9)
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi
protein = MEP).
10) Pemeriksaan
persistem.
a)
Sistem kardiovaskuler.
Takikardi,
iritability.
b)
Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit
bernapas, pernapasan cuping hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif
atau non produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler,
kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi, ada
sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan anaknya yang bertambah sesak dan
pilek.
c)
Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun,
lemah. Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum
memahami tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan personde.
d)
Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang
tua mungkin belum memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi
(ringan sampai berat).
e)
Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan
menangis terus pada anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
f)
Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
g)
Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
h)
Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis,
pucat, akral hangat, kulit kering.
i)
Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan.
2. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
a.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan peningkatan produksi sputum ditandai dengan adanya ronchi, dan
ketidakefektifan batuk.
b.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses
infeksi pada jaringan paru (perubahan membrane alveoli) ditandai dengan
sianosis, PaO2 menurun, sesak nafas.
c.
Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap
infeksi saluran nafas ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil, akral
teraba panas.
d.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan metabolisme sekunder terhadap demam dan proses infeksi ditandai
dengan nafsu makan menurun, BB turun, mual dan muntah, turgor kulit tidak
elastis.
e.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai O2 dengan kebutuhan oksigen ditandai dengan
tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari sesuai kemampuan tanpa
bantuan.
f.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan
dengan peningkatan suhu tubuh,kehilangan cairan karena berkeringat banyak,
muntah atau diare.
g.
Resiko infeksi berhubungan dengan resiko terpajan
bakteri patogen
3. INTERVENSI
a. Dx. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan peningkatan produksi sputum ditandai dengan adanya ronchi, dan
ketidakefektifan batuk.
Tujuan :
·
setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (…x…)
diharapkan jalan nafas pasien efektif
criteria
hasil :
·
jalan nafas paten
·
tidak ada bunyi nafas tambahan
·
tidak sesak
·
RR normal (35-40x/menit)
·
tidak ada penggunaan otot bantu nafas
·
tidak ada pernafasan cuping hidung
Intervensi :
Ø Observasi
TTV terutama respiratory rate
R/ Member informasi tentang pola pernafasan pasien,
tekanan darah, nadi, suhu pasien.
Ø Auskultasi
area dada atau paru, catat hasil pemeriksaan
R/ Crekcels,
ronkhi dan mengi dapat terdengar saat inspirasi dan ekspirasi pada tempat
konsolidasi sputum
Ø Latih pasien
batuk efektif dan nafas dalam
R/ Memudahkan
bersihan jalan nafas dan ekspansi maksimum paru
Ø Lakukan
suction sesuai indikasi
R/ Mengeluarkan
sputum pada pasien tidak sadar atau tidak mampu batuk efektif
Ø Memberi
posisi semifowler atau supinasi dengan elevasi kepala
R/ Meningkatkan
ekspansi paru
Ø Anjurkan
pasien minum air hangat
R/ Air hangat dapat memudahkan pengeluaran secret
Kolaborasi :
Ø Bantu
mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi nafas lainnya.
R/ Memudahkan
pengenceran dan pembuangan secret
Ø Berikan obat
sesuai indikasi, seperti mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesic
R/ Proses
medikamentosa dan membantu mengurangi bronkospasme
Ø Berikan O2
lembab sesuai indikasi
R/ Mengurangi
distress respirasi
b.
Dx. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses
infeksi pada jaringan paru (perubahan membrane alveoli) ditandai dengan
sianosis, PaO2 menurun, sesak nafas.
Tujuan :
·
setelah dilakukan asuhan (..x..) diharapkan ventilasi
pasien tidak terganggu
Kriteria Hasil
:
·
GDA dalam rentang normal ( PO2 = 80 – 100 mmHg
·
PCO2 = 35 – 45 mmHg
·
pH = 7,35 – 7,45, SaO2 = 95 – 99 %)
·
tidak ada sianosis
·
pasien tidak sesak dan rileks.
Intervensi
Ø Kaji
frekuensi, kedalaman, kemudahan bernapas pasien.
R/ Memberi informasi tentang pernapasan pasien.
Ø Observasi
warna kulit, membran mukosa bibir.
R/ Kebiruan
menunjukkan sianosis.
Ø Berikan
lingkungan sejuk, nyaman, ventilasi cukup.
R/ Untuk membuat pasien lebih nyaman.
Ø Tinggikan
kepala, anjurkan napas dalam dan batuk efektif.
R/ Meningkatkan inspirasi dan pengeluaran sekret
Ø Pertahankan
istirahat tidur.
R/ Mencegah terlalu letih.
Ø Kolaborasikan
pemberian oksigen dan pemeriksaan lab (GDA)
R/ Mengevaluasi proses penyakit dan mengurangi distres
respirasi.
c.
Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap
infeksi saluran nafas ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil, akral
teraba panas.
Tujuan : diharapkan suhu pasien turun atau normal
(36,5 – 37,5°C)
Kriteria Hasil :
·
pasien tidak gelisah
·
pasien tidak menggigil
·
akral teraba hangat
·
warna kulit tidak ada kemerahan.
Intervensi
Ø Kaji suhu
tubuh pasien
R/ Data untuk menentukan intervensi
Ø Pertahankan
lingkungan tetap sejuk
R/ Menurunkan suhu tubuh secara radiasi
Ø Berikan
kompres hangat basah pada ketiak, lipatan paha, kening (untuk sugesti)
R/ Menurunkan suhu tubuh secara konduksi
Ø Anjurkan
pasien untuk banyak minum
R/ Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan
cairan tubuh meningkat, sehingga diimbangi dengan intake cairan yang banyak
Ø Anjurkan
mengenakan pakaian yang minimal atau tipis
R/ Pakaian yang tipis mengurangi penguapan cairan
tubuh
Ø Berikan
antipiretik sesuai indikasi
R/ Antipiretik efektif untuk menurunkan demam
Ø Berikan
antimikroba jika disarankan
R/ Mengobati organisme penyebab
d.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan metabolisme sekunder terhadap demam dan proses infeksi ditandai
dengan nafsu makan menurun, BB turun, mual dan muntah, turgor kulit tidak
elastis.
Tujuan : diharapkan kebutuhan nutrisi pasien adekuat
Kriteria Hasil :
·
nafsu makan pasien meningkat
·
BB pasien ideal, mual muntal berkurang
·
turgor kulit elastis
·
pasien tidak lemas
Intervensi
Ø Kaji
penyebab mual muntah pasien
R/ Untuk
menentukan intervensi selanjutnya
Ø Berikan
perawatan mulut
R/ Mulut yang
bersih meningkatkan nafsu makan
Ø Bantu pasien
membuang atau mengeluarkan sputum sesering mungkin
R/ Sputum
dapat menyebabkan bau mulut yang nantinya dapat menurunkan nafsu makan
Ø Anjurkan
untuk menyajikan makanan dalam keadaan hangat
R/ Membantu
meningkatkan nafsu makan
Ø Anjurkan
pasien makan sedikit tapi sering
R/ Meningkatkan
intake makanan
Ø Kolaborasikan
untuk memilih makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi selama sakit
R/ Memenuhi
gizi dan nutrisi sesuai dengan keadaan pasien
e.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai O2 dengan kebutuhan oksigen ditandai dengan
tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari sesuai kemampuan tanpa
bantuan.
Tujuan : setelah
diberikan asuhan keperawatan diharapkan toleransi pasien terhadap aktifitas
meningkat
Kriteria Hasil :
pasien mampu berpartisipasi dalam
kegiatan sehari – hari sesuai kemampuan tanpa bantuan, pasien mampu
mempraktekkan teknik, penghematan energy, TTV stabil (S = 36,5°C – 37,5°C, N =
75 – 100x/menit, RR = 35 -40 x/ menit)
Intervensi :
Ø Evaluasi
tingkat kelemahan dan toleransi pasien dalam melakukan kegiatan
R/ Sebagai informsdi dalam menentukan intervensi
selanjutnya
Ø Berikan
lingkungan yang tenang dan periode istirahat tanpa ganguan
R/ Menghemat energy untuk aktifitas dan penyembuhan
Ø Bantu pasien
dalam melakukan aktifitas sesuai dengan kebutuhannya
R/ Oksigen yang meningkat akibat aktifitas
Ø Berikan
oksigen tambahan
R/ Mengadekuatkan
persediaan oksigen
f.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan
dengan peningkatan suhu tubuh,kehilangan cairan karena berkeringat banyak,
muntah atau diare.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan
volume cairan tubuh pasien seimbang
Kriteria Hasil : Membrane mukosa pasien lembab, turgor kulit
baik, pengisian capiler cepat / < 3detik, input dan output seimbang, pasien
tidak muntah. Pasien tidak diare, TTV normal (S = 36,5°C – 37,5°C, N = 75 –
100x/menit, RR = 35 -40 x/ menit)
Intervensi :
Ø Observasi
TTV @ 2- 4 jam, kaji turgor kulit.
R/ : Peningkatan suhu menunjukkan peningkatan
metabolic
Ø Pantau
intake dan output cairan
R/ : Mengidentifikasi kekurangan volume cairan
Ø Anjurkan
pasien minum air yang banyak
R/ : Menurunkan
resiko dehidrasi
Kolaborasi :
Ø Berikan
terapi intravena seperti infuse sesuai indikasi
R/ : Melengkapi kebutuhan cairan pasien
Ø Pasang NGT
sesuai indikasi untuk pemasukan cairan
R/ : Membantu memenuhi cairan bila tidak bias
dilakukan secara oral
g.
Resiko infeksi berhubungan dengan resiko terpajan
bakteri patogen
Tujuan : Setelah
dilakukan asuhan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil : Klien bebas dari
tanda dan gejala infeksi, menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya
infeksi, jumlah leukosit dalam batas normal, menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi :
Ø Kaji suhu badan 8 jam
Rasional : Mendeteksi
adanya tanda dari infeksi
Ø Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Rasional : Mempermudah
untuk penanganan jika infeksi terjadi
Ø Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas
Rasional : Panas,
kemerahan merupakan tanda dari infeksi
Ø Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Rasional : Dengan melibatkan keluarga tanda infeksi lebih
cepat diketahui
Kolaborasi
Ø Berikan terapi antibiotik
Rasional : Antibiotik
efektif untuk mencegah penyebaran bakteri
DAFTAR
PUSTAKA
Dongoes. Marlym.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.
Edisi 3 Jakarta : EGC.
Smeltzer,
Suzanne.2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah.Vol 1.Jakarta : EGC
Zul Dahlan
.2000.Ilmu Penyakit Dalam Edisi III. Jakarta : Balai penerbit FK
UL
Rcevers,Chalene.
J et all.2000.Keperawatan medical Bedah. Jakarta: Salemba Medika